Bagaimana bisa buah yang dianggap sebagai “buah orang miskin” ini ternyata
bisa menyelamatkan dunia dari kelaparan?
“Ada rasa stigma inferior pada buah nangka. Setiap petani lebih
memilih membawa apel impor sebagai bawaannya dibanding nangka,” kata Shree
Parde, petani buah nangka dari Karnataka, India.
Nangka yang kerapkali dijadikan kudapan entah sebagai buah, dimasak
sebagai lauk maupun olahan lainnya ternyata mempunyai banyak manfaat yang
mungkin bagi kita sebagai orang Indonesia tidak menyadarinya. Bahkan media
internasional seperti The Guardian dan The Independent menyebut nagka sebagai
buah “ajaib”.Peneliti bioteknologi dar Universitas Ilmu pertanian di Bagalore,
India, mengungkapkan bahwa buah ini kaya manfaat. Buahnya yang mengandung ratusan
lobus berwarna kuning ini kaya akan vitamin C. Bijinya mengandung protin,
potassium, kalsium serta zat besi ayng dibutuhkan oleh tubuh manusia. 100gram
nangka mengandung 95 kalori. Jika kita
memakan 10 sampai 12 lobus buah nangka, kita tak perlu makan untuk setengah
hari.
Di negara asal pohon nangka yaitu India, pohon ini pun dipandang
sebelah mata, sebagi “buah orang miskin”, oleh karena itu 75 % produksi nangka
di India terbuang karena dikonsumsi hanya sebagai buah segar.
Buah
yang Memiliki Ketahanan terhadap Perubahan Iklim
Pasar global dianggap mampu menyerap hasil produksi buah nangka
karena buah ini dipandang punya ketahanan dari perubahan iklim global yang
mengancam ketersediaan pangan. Danielle Nierenberg, presiden lembaga pertanian
berkelanjutan menyebut bahwa pohon nangka sangat mudah tumbuh, tahan hama
penyakit, dan tahan kekeringan. Keunggulan ini dapat diandalkan saat terjadi
banyak tantangan akibat perubahan iklim global.
Jim Yong Kim dari Bank Dunia menyebut bahwa minimnya produksi
pangan bisa memicu peperangan lima sampai sepuluh tahun mendatang. Tingginya
minat akan bahan pokok utama terlalu tinggi membuat kita tak punya pilihan
selain mencari bahan makanan alternatif.
Beberapa tahun terakhir pemerintah india mempromosikan hasil panen
buah nangkanya dan memperluas produksinya dalam bentuk makanan kaleng maupun
olahan. Data dari Perhimpunan buruh Internasional mencatat harga produksi 1 ton
nangka setara dengan separuh pendapatan rata- rata pekerja india yaitu 295
Dolar As atau 3,9 juta rupiah.
Srilanka, Bangladesh, dan Vietnam sudah mendirikan industry pabrik
pengolahan nangka olahan seperti tepung, es krim, dan mie kualitas ekspor.
Perkebunan nangka Vietnam dalam 15 tahun terakhir sekitar 50.000 hektar dan
menjadikannya salaha satu negara yang memimpin pasar global. Sedangkan Indonesia
memproduksi hanya 640.000 ton dari 56.000 hektar lahan hingga tahun 2014. (dew/RPDH)
Sumber: dw Indonesia 2017

Tidak ada komentar:
Posting Komentar